Monday, April 23, 2018

Exactly a Month Left

Well,

In a month, it will all over.

I will not forget the feeling of living my dream. The good rest from a monotonous life.

It will all over. Just like everything that has a begin, it has an end.

Sad but excited at the same time.

I always excited what life would take me to. Plus I will be with my friends and family again. Plus I will do what I want to do. Plus I can eat whatever I want to eat (lol).

Friday, April 20, 2018

Mandiri

Halooo.

Kenapa yahh nulis tugas ga maju2, tapi kepala rasanya penuh sama hal2 lainnya? Kali ini pengen nulis tentang mandiri.

Sejak SMA, gue selalu belajar buat nulis setiap ada uneg2 yang pengen dikeluarin, tapi bingung ke siapa tepatnya? Bukan gue nggak mau cerita ke temen sih. Antara kayaknya ga gtu penting, dan kayaknya nggak banyak yg mikirin hal serupa sama gue.

Well, kemarin gue nonton favorit gue ngomong kalau wajar orang perlu waktu buat dirinya sendiri. Selain mungkin faktor personality (gue introvert, dan katanya introvert perlu waktu sendiri untuk ngecharge dirinya), sendiri itu manusiawi banget. Kenapa? Karena naturally kita lahir sendirian, jadi wajar kalau kita kdg pengen pny waktu buat sendirian.

It does makes a lot of sense actually. Gue sering ngebayangin, kenapa orang begini begitu, act this way or that way. Dan ini gue sepakat bangeeeeet.

Gue selalu diajarin buat mandiri, nggak bergantung sama orang, even ortu, even future spouse. Cuma bergantung sama Tuhan. Karena semua orang milik Tuhan dan Tuhan bisa panggil siapapun kapanpun. Sayang boleh (atau HARUS), tapi ingat bahwa semua orang bukan pny kita.

Gue selalu ingin mandiri, supaya gue punya kendali akan diri gue, gue bisa ngelakuin semua yg gue mau, dan tentu saja bertanggung jawab sama semua keputusan gue. Gue nggak pengen orang lain memutuskan untuk hidup gue dimana pada akhirnya gue nggak akan pernah bisa minta orang lain bertanggung jawab untuk gue. Bukan gue nggak mau dengerin opini atau nasihat yaa. Gue cuma percaya bahwa gue lah yg bisa menyetir hidup gue dan gue harus bertanggung jawab akan hidup gue. Makanya sejak lulus kuliah, gue pengen pny penghasilan sendiri. Gue pengen produktif, bisa mewujudkan keinginan gue, dan tentunya menolong lebih banyak orang.

Tentu nggak mungkin gue bisa hidup seenak hidup gue. Gue lahir atas bantuan orang tua gue, dan gue pun akan hidup atas bantuan teman-teman dan keluarga gue lainnya. Gue tahu betul bahwa gue harus membantu orang-orang di sekitar gue, sebagaimana gue pun selalu dibantu orang-orang lainnya. Gue tahu gue punya peran, dan sebuah peran pasti punya hak dan kewajibannya masing-masing. Tapi sebelum gue menjalankan sebuah peran, gue mau gue nyaman dengan diri gue dan gue mature dalam memutuskan segala sesuatu dan bertanggung jawab akan apapun.

Gue juga bersyukur, bahwa lama-lama ngelakuin apa-apa sendiri itu jadi nggak aneh. Dulu perasaan mau makan atau nonton sendiri udh aneh bgt. Tp kayaknya lama2 gue pun sering liat orang sendirian dan itu nggak aneh. Apa karena di sni ya? Di Indo tp kayaknya gue sering ngeliat juga. Gue pun bukan nggak seneng ngobrol atau pergi sama orang-orang. I just feel like sometimes I need my time to think, organize my thought before decide something. Kalau lg ada sesuatu, coba deh sendiri. Gue biasanya akan cerita, minta opini, terus gue coba jalan kaki sendiri spy gue bisa mikir. Sambil dengerin musik gtu. It helps a lot for me.

Hahaha udah ahh. Gue awalnya kayak pny poin. Tapi hbs nulis, gue ngerasa lost hahaha. Mohon dimaafkan postingan nggak penting ini.

Thursday, April 12, 2018

Social Media

Haloo.
Lagi pengen nulis di sela-sela mencari inspirasi term paper (emg gue banyak alasan aja sih).

Hmm kali ini pengen bahas soal social media.

Gue lg sering baca ajakan orang-orang buat lepas dari social media. Gue sejujurnya pengen juga sihh. I mean we can still communicate through texts, blogs, or other platforms which are "less social". So we dont feel like we need to post something everyday.

Lalu gue jd mikir juga kenapa yaa gue masi main social media. Dan gue rasanya pny akun dimana2 hahaha. Alay? Well, gue ga bangga tapi ga malu juga sihh biasa aja.

Awalnya gue selalu pny social media supaya gue bisa liat kabar temen2 gue. I have been away from friends since high school, plus I have no sibling. I think it's normal for me if I sometimes miss my friends. Plus Indonesia is huge, it is very hard to keep in touch in real life. Makanya jaman fesbuk booming, gue ikutan. Terus twitter. Hbs itu apa yahh, instagram dulu apa path dulu? Trs yaudah gue jd punya smua akun. (untungnya ga kena snapchat sihh. gue agak nggak bgt juga kayaknya manyun2 di kamera hahaha). Pas jaman path dan instagram, gue baru ngerasa kebanyakan akun sih hahhaa. Buat apa juga pny bnyk platform ketika hidup gue cuman satu. And I am just normal people, I dont think I have so many things to share. Tapi lagi-lagi niat ngurangin akun hanyalah niat karena ada temen gue cuma di path, cuma di ig, cuma di fesbuk. Hahaha. Sungguh being 30 does not mean I am mature though,

Mostly orang-orang ngajak untuk lepas dari social media karena socmed bikin bnyak negative impact ke orang. Misalnya, orang jadi fake/less honest, kecanduan popularitas, kecanduan henpon alias dikit2 ngecek hp buat ngecek notif, kurang menghargai present/real life, dan jd less productive. Well, I could not agree more sih. Gue pernah mengalami masa ini, and I am definitely (still) learning from my mistake. Gue pun banyak jd saksi dimana temen2 gue malah asik foto2 instead of kita ngobrol sesuatu, atau temen gue jd negatif bgt karena dirinya ngerasa kalah dibanding temen2 lainnya.

Well, gue ga nyalahin siapa2 sihh. It is a good thing to have stored memories in your phone and share to people. Gue pun selalu hepi kalau lg ngeliatin foto2 gue jalan sebelumnya. Jadi kalau ada temen2 yg butuh escape plan, tempat recommended/nggak recommended bisa jadi referensi. Cuma makanya gue pun skrg lg berusaha nggak pegang handphone whenever I am with friends especially during meal time. Berhubung kemampuan komunikasi gue minus, jangan ampe dehh minusnya tambah gede.

Bagian yg jadi depressed karena ngeliat temen2, hmmm. Alhamdulillah gue hampir nggak pernah ngalamin. Gue pernah sih kayak, waaa bagus bgt gambarnya pengen deh kesana. Tapi terus mikir, am I really want to do that or just because everyone does that, I change my mind too? Nah, sejak saat itu, gue selalu cari tahu dulu sebelum pengen. Karena namanya foto, cuma berapa persen sih dari exact conditionnya. Worth nggak sama effort buat kesana. Kuat nggak kalau emg mau kesana. Dan kalau emg mahal bgt atau lagi ada prioritas lain yg ga bisa dihindarkan, gue cuma berharap mudah2an ada rejeki kesana. Namanya juga rejeki, cuma Tuhan yg tahu. Kadang gtu aja gue udh tenang. Hahhaa *apa deh gue. But still, it's very a human thing, to became envious of others. So do not feel bad if you do that. Lagian iri sama orang bisa jadi penyemangat, sumber kreativitas, dan bikin jadi pribadi yg lebih baik (if you can escape the bad thought, of course).

Udh dulu yaa. Mudah2an gue bisa lebih wise dlm pke social media dehh. Tujuan gue cuma buat update kehidupan temen2 (dan idola favorit :D), supaya gue bisa ikut seneng ketika mereka seneng, dan bisa bantuin ketika mereka sedih. Dan mudah2an gue pun bisa sharing hal yg baik2 aja.

Bbyong!

Sunday, April 8, 2018

You Did Well

Well, beberapa malam lagi terakhir sering mewek nonton video Dingo di Youtube. Judul playlistnya Well Done Today atau terjemahan dari 수고했어요 atau 잘했어요 . Biasa ungkapan ini diucapkan ke orang lain, setelah orang tsb selesai bekerja keras. Bisa setelah hari itu ngerjain sesuatu bareng atau untuk hal yang sudah dilakukan dalam waktu lama oleh orang itu.

Nah di acara ini, dipilih orang-orang emg pekerja keras dan punya kesulitan masing-masing. Entah itu mahasiswa yang harus ngerjain tugas sampai larut untuk ngejar ketinggalan, orang-orang yang harus parttime untuk nambahin biaya hidup, calon mahasiswa atau pekerja yang lagi mau tes, atau bahkan ada yg mau tes masuk perguruan tinggi ke lima kalinya. Terus mereka dipertemuin sama idolanya. Mostly penyanyi atau aktor, tapi ada juga episode sama presiden Korsel (saat itu masi calon).

Sebenernya sih isinya biasanya mereka ngobrol2 tentang masalah masing-masing. Idolanya pun sharing cerita jaman mereka struggling dulu atau apa yang mereka kawatirkan sekarang. Entah di ruangan, restoran sambil makan bareng, atau bahkan di laundry. Idolanya akan sharing hal-hal basic yang mungkin membantu misalnya jangan sampai tidur kurang dari 6 jam, harus lebih percaya diri supaya interviewer percaya, atau ngingetin bahwa semua kerjakeras pasti ada buahnya. Biasanya juga mereka akan kasi barang yang bisa membantu. Di akhir, idolanya akan nyemangatin masing-masing partnernya dan bilang  수고했어요 atau well done today atau you worked hard.

Kayak sepele, tapi gue rasa itu akan kasih semangat lebih buat orang-orang tsb. Ketika lo lagi kesulitan, gue yakin lo pasti ngerasa ada di titik terbawah, dimana kata-kata itu bisa jadi penyemangat. Elo akan yakin bahwa elo sudah bekerja keras, everyone else is also struggling, dan bikin lo semangat untuk terus bekerja keras. Hey, being appreciated is nice, isn't it? Gue yakin, orang yang ngucapin ini pun akan ikut bersemangat.

But anyway, gue jadi mikir, kalau di bahasa Indonesia gimana ya cara ngucapinnya. Terima kasih untuk kerjakerasmu? Kamu sudah bekerja keras, tetap semangat? Hehehe, berhubung kita nggak punya budaya itu (or maybe just me?) gue jadi nggak kebayang ngucapin ini ke orang lain.

Tapi, gue pun pengen mulai ngucapin ini ke orang lain. Supaya saling nyemangatin dan ngasi energi positif ke orang lain.

Hahaha niat udh dihitung pahala kan? ;D Smoga gue bisa ngelakuinnya.

*harusnya cari bahan paper *tapi malah nulis ga penting *malam-malam di Madison

Consistency

Well, it is hard, isn't it? Just like, most of the times I do not write here, but yesterday I write more than one posts. and plan to write some these days.

Kenapa pengen nulis ini? Karena kemarin gue lagi nginget-nginget gimana dulu nykp ngebesarin gue. kenapa gue jadi kayak gue yg sekarang. I am very grateful for who I am today, and I just wanna look back and introspect myself. Hahaha too much time gives me thinking (unnecessary) things. But hey, why not actually? I really enjoy this time, where I can think what I want to think, I can write what I want to write, I can read what I want to read. Inget klo kerja, kadang buka hp aja nggak sempet apalagi baca, pulang tengah malam, makan ngga bener (STOP, gue malah curhat).

Gue inget, nykp selalu menekankan untuk jadi pribadi yg konsisten. Gue rasanya nggak pernah dipaksa buat belajar dan ranking 1. Yang penting kewajiban gue sebagai pelajar dipenuhi. Boleh main, boleh ekskul, tapi tetep harus belajar. Nilai pun selalu ditekankan untuk konsisten. Nggak harus amazing jauh di atas rata-rata, yang penting konsisten nggak roller coaster naik turun, syukur-syukur bisa terus naik. Dan hal ini selalu gue pegang. Gue bisa bagus pas SD, tapi ketemu orang-orang yg jauh lbh pinter di SMP, dan seterusnya sampai gue kuliah. Hal ini yang terus gue inget supaya gue nggak jiper ngeliat yg lain.

Terus kalau dipikir-pikir, "mantra" ini bisa diaplikasiin ke berbagai occasion dan context. Gue juga percaya bahwa hidup ini marathon, bukan sprint. Kita harus pinter-pinter manage resources karena banyak banget hal-hal yang bakal menantang kita di perjalanan ini. Gue pun percaya bahwa semua yang gue dapetin di kehidupan, lebih banyak berawal dari hal-hal kecil yang gue usahakan secara konsisten dibandingkan satu hal mahabesar yang gue lakukan.

Makanya gue pun selalu berusaha yang terbaik pada apapun yg gue lakukan. Dan gue selalu berusaha baik sama orang. Walau yahh, hamba hanyalah manusia. Pasti banyak lupa dan khilafnya. Tapi percayalah, I do make effort to my best and to do good things. Karena nggak ada hal baik yang nggak diusahakan.

I also believe that we should learn for our whole life. I hope I can do consistenly.

Udh ahh, byebye!

Saturday, April 7, 2018

Touch Other People Live

Jadi pengen cerita soal postingan yg pernah gue buat di fesbuk. Ini tentang abang tukang koran di stasiun Bogor.

Dulu pas jaman perjuangan cari kerja atau awal-awal baru kerja, gue suka bolakbalik bogor-jakarta karena masih tinggal di rumah n belum ngekos. Berhubung Bogor-Jkt bisa makan waktu 1.5 jam, gue akhirnya suka beli koran ke seorang bapak di stasiun bogor, buat dibaca n main sudokunya (sudoku hari senin sumpah gampang banget). Kalo jaman dulu, banyak bgt tukang koran dan pedagang asongan yg nawarin barang di dlm stasiun, sampai di dalam kereta. Iya, jaman dulu stasiun belum rapi dan masih super berantakan. 

Setelah lebih dari 5 tahun, udh nggak pernah lagi berangkat ngantor dari rumah, alhasil nggak pernah lg ktmu bapak itu. Selain itu stasiun bogor juga udh jauh lbh rapi, dan kayaknya jumlah pedagangnya juga lbh sedikit (ini statement sotoy sihh orang gue nggak pernah berangkat dari Bogor lagi hahhaa).

Sampai pas liburan summer tahun lalu, gue main ke jkt agak pagi. gue ktmu bapak itu, TAPI GUE LUPA BANGET. herannya, beliau masih inget krn beliau bgtu lihat gue lsg nawarin Kompas. stlh bbrp langkah, gue baru inget dan sayangnya udh tll jauh buat balik lagi. gegara itu, lsg kepikiran bgt seharian itu.


Tapi Alhamdulillah bbrp hari berikutnya, gue masih bisa ketemu bapak itu. bisa beli koran dr beliau, dan minta maaf tempo hari lalu ketemu tapi guenya lupa. bapaknya juga cm senyum, bilang ngga apa2, bilang makasi dan bahkan ngedoain supaya gue sehat-sehat. nulis ini bikin gue kangen dan pengen ketemu atau ngobrol2 sama bapak itu deh.

It's fascinating how we touch other people's life. I do believe, I am right now because of his prayer and other persons' prayer whom I touched their life before. 

Looking for Dream Job

Halo! 

Gue lagi mau cerita soal pekerjaan.

Jadi tempat kerja gue skrg itu terkenal sbg final destination. Tempat kerja terakhir sampai lo pensiun.
But sbg generasi Y (or we can say millenials), hal tersebut berbeda buat kami. Banyak temen gue yg resign karena mmg mencari yg lebih baik bagi dirinya terutama dari sisi aktualisasi diri. And it's a good thing actually. Supaya sistem di tempat kerja gue pun membaik mengingat it's not the best place to work anymore, and we should work on the system continuously.

But anyway, for me personally, I have my own purpose of life and I still think it is best to implement through my current workplace. But recently, I feel like I should keep myself open. Tadinya gue mau ngapus akun linkedin gw. Tapi gegara katanya gue sering muncul di searches perusahaan (mostly consulting firms like prin***** or pw*, my former dreamjob) dan dikontak job hunter, it feels different. Hahahaha.

But anyway, what I know for sure is I should work where I can do my best for contribute to society, place that has integrity and has same value as myself. 

But (I know it's another but), who knows about life. I am fully understand I should be open to anything else that matter for myself and I am excited where this life will bring myself into.

Udh ah ngelanturnya. Lagi males cari bahan buat paper, makanya ngeblog ajah hahaha.

See you.