Thursday, September 24, 2020

What you got from travel?

For my college reunion, I got to upload my current photo to make a difference now and then.

After looking at my collection, I don't really find my good photos lol. All I got is a blurry selca although I have many amazing panoramic photos.

At first I got frustrated. But then I realize, so what?

Looking at the albums, all I do is smiling and remembering what happened behind the scene. Sometimes I got a wrong bus just to look for a spot, or I got to walk several blocks before arrived at the place, or sometimes I just had an amazing lunch so I got super sleepy.

It would be nice to have nice photos to see. But in the end, the memories will remain longer. It is nice to have opportunities to travel and experience many things. And it does not matter if I do not have a good photos of mine. I still remember that those journeys are memorable.

Wednesday, June 3, 2020

Don’t be a Neutral

Hai Blog,
Udh tahun 2020, tapi bulan Juni ini baru posting pertama kali.
Pdhl udh ada dua draft. Ngga tahu kenapa ngga jd dipost wkwk. Pdhl gue biasanya asal nulis aja.

Anw, mau posting ini karena akhir2 ini sering ngerasa gni. Plus lagi ada tragedi di US yg buat hashtag BLM dimana2.
Well tragedi itu sungguh ngga banget. Ngilu aja rasanya. Dan ngga kebayang perasaan orang-orang minoritas yang udh ngerasain diskriminasi di seluruh lini kehidupan. Dan akhirnya orang-orang bener2 menyuarakan pendapatnya even di tengah pandemi COVID yang blm sepenuhnya selesai.

Sebelumnya, liat orang demo atau posting di socmed selalu membuat gue agak hmmm, ngapain sih. Buang2 waktu, tenaga, blm tentu didenger juga. Tapi akhir2 ini baru ngerasain klo speak your voice itu penting banget. Orang ngga akan tahu apa yang kita rasakan, kalau kita ngga bicara.

Being born and raised as a Javanese, I grew some of Javanese behavior. Salah satunya, suppress your feeling. Hal ini yang membuat gue ngga terbiasa berpendapat. Kalau ada apa2, "udh lah biar aja klo ngga ada hubungannya sama kita". Kebiasaan ini bisa gue lakuin karena selama ini gue mayoritas. Gue ngga perlu "hidup susah". Tapi ternyata, hal ini ngga baik.

Bayangin lo terima perlakuan tidak adil karena lo minoritas. Mungkin yang ngga adil cuma 1-2 orang dari si kaum mayoritas. Tapi kalau lo diam, apa ada orang yang tahu kalo ada orang jahat.
Gue juga inget ada kajian Gus Baha yang bilang, dalam Islam yang baik itu ya baik, dan yang jahat itu jahat. Jadi stance kita harus jelas, membela yang baik dan meluruskan yang salah.

Dan hal ini yang lagi gue coba biasain di kehidupan sehari-hari. Kalau ada yg kurang sreg, langsung gue bilang. Asal caranya sopan, bukan? Di kantor pun, gue sangat maksa diri gue utk bicara. Karena kantor gue cukup konservatif, gue pun bbrp kali dibilang "vokal", "over confidence", dan "berani". Padahal gue ngga akan ngomong kalau ngga perlu. Kalau bertele2, gue pun memilih japri. Dan hasil psikotest gue bilang gue anaknya ngga pedean. I just mustered up my courage to speak my voice. Kalau ngga, yang salah ngga tau kalau dia salah, dan yg benar bisa jadi merasa dirinya salah.

Speak up is not an easy task, terutama buat introvert kayak gue. Well it’s easier if you have competency. So build up your competency, work well, and do speak up. Your voice will be heard if you are trusted. Kalau org percaya kerja lo bagus dan lo orang yang baik, apapun yg lo sampaikan pasti didengar yg lain.

So, yuk kita sama2 latihan tidak jadi orang yang netral. Sounds so normative, but so what?